468x60 Ads

Selasa, 24 Maret 2015

Selfie Journalism Da'i Traveller Festival Musik Islami 2015 di Gedung Lasminingrat






Senin, 23 Maret 2015

Selfie Journalism, Melatih Napi binaan LAPAS Garut

HariSenin, 23 Maret 2015 menjadi haribersejarah bagi Da'i Traveller. Apa sebab?
Da'i Traveller diundang Kepala LAPAS Garut untuk melatih Marawis, Nasyid dan MTQ. Sebagai persiapan lomba antar LAPAS se-Prianga Tmur.

Berikut liputannya:


Rabu, 18 Maret 2015

Manfaatkan Smarthpone untuk Selfie Journalism

Selfi Journalisme di Kopdar Akbar KSGN
Sourche Image: @cakimamsuwandi
Selfi Journalism masih langka untuk dibicarakan. Meskipun di beberapa sudah banyak digunakan. Sementara di Indonesia sendiri masih jarang. Imam Suwandi adalah pelopor Selfie Journalism di Indonesia.

Ilmu yang saya dapatkan dari Imam Suwandi, bahwa Selfie Journalism adalah liputan mengenai kejadian sehari-hari dengan menggunakan smartphone dibantu dengan sebuah alat, tongsis untuk reportasenya. Istilah tongsis atau tongkat narsis memang tak asing di kawula muda, Ibu Ani Yudhoyono sekalipun pernah memakai tongsis untuk foto selfinya.

Senin, 16 Maret 2015

Bedanya Jilbab Traveller dan Da'i Traveller

Da'i Traveller bersama "Jilbab Traveller" Asma Nadia
Satu hal yang sering jadi impian banyak orang adalah menginginkan bisa menjelajah berbagai belahan dunia. Seperti yang telah dialami oleh Asma Nadia, ia sering melancong ke berbagai negara bahkan benua. Sebagai penulis produktif, kisah perjalanannya tidak ia sia-saiakan. Maka, terbitlah "Jilbab Traveler" berkisah pengalaman para jilbaber selama melancong di negeri orang.

Pastinya, Jilbab Traveller sangat berbeda dengan Da'i Traveller.Ketika Jilbab Traveller berisikan tentang kisah mereka mewujudkan mimpi jalan-jalan mereka mengelilingi negara impian dengan tetap mempertahankan penggunaan jilbab mereka.

Minggu, 15 Maret 2015

Kenapa Harus Da'i Traveller

Menulis catatan perjalanan selama mengajak kebaikan jarang dilakukan orang, apalagi yang disebut Da'i (pengajak/penyeru).

Termotivasi oleh Asma Nadia yang menyayangkan ustadnya. Dimana ustad yang kaya ilmu dan pengalamannya itu sudah meninggal. Sementara perjalanan kehidupannya tidak bisa diserap oleh orang-orang setelahnya.

Padahal sang ustad pernah melakukan perjalanan haji dan umroh berpuluh-puluh kali. Bayangkan, sudah berapa juta orang yang akan mendapatkan inspirasinya jika sang ustad ia tuliskan ke buku ataupun blog.